Jakarta - Saat pasangan memutuskan untuk memiliki anak,
artinya mereka sudah sadar konsekuensi yang akan didapat terutama dalam
hal keuangan. Sayangnya para orangtua baru sering melakukan enam
kesalahan keuangan berikut ini.
Saat baru memiliki bayi, Anda dan
pasangan tentu tengah dilimpahi kebahagiaan. Perhatian Anda dan suami
juga seringkali hanya fokus pada kebutuhan utamanya, seperti susu,
pakaian, popok dan makanannya.
Dengan segala kesibukan dalam
mengurus bayi itu, Anda dan suami pun jadi melupakan kalau si kecil juga
perlu dipikirkan perencanaan keuangannya. Kenapa perencanaan keuangan
ini penting dipikirkan sejak dini, agar masa depan anak nantinya lebih
terjamin.
Sayangnya tidak sedikit orangtua yang melakukan
kesalahan keuangan saat baru memiliki bayi. Berikut enam kesalahan itu
seperti dikutip dari MSN:
1. Tidak Punya Asuransi Jiwa
Ketika
Anda dan pasangan menjadi orangtua, memiliki asuransi jiwa sangat
diperlukan. "Jika salah seorang dari Anda meninggal, Anda harus
memastikan kebutuhan yang ditinggalkan tetap bisa terpenuhi," ujar ahli
perencanaan keuangan asal California, Lynn Ballou.
Ballou
menambahkan meskipun Anda atau pasangan sudah mendapatkan asuransi jiwa
dari kantor, hal itu tetap belum cukup. Ia pun menyarankan belilah
produk asuransi saat Anda dalam kondisi sehat, jangan menunggu sakit
karena akan lebih mahal.
2. Membeli Asuransi Jiwa untuk Bayi
Marilyn
Capelli, ahli perencanaan keuangan asal Michigan mengatakan membeli
asuransi jiwa untuk bayi sebenarnya tidak perlu dilakukan. "Anda membeli
asuransi jiwa untuk seseorang hanya jika meninggalnya orang itu membuat
kondisi keuangan memburuk," katanya.
Asuransi jiwa untuk bayi
perlu dimiliki jika memang anak memiliki kondisi kesehatan yang tidak
baik. "Jarang sekali anak sehat akan memiliki masalah kesehatan saat
dewasa," ujar Capelli.
3. Menunda Menabung untuk Kuliah Anak
Tidak
sedikit orangtua yang mulai menabung untuk biaya kuliah saat anak
memasuki usia SMA. Jika hal itu dilakukan, sudah sangat terlambat.
"Waktu terbaik untuk memulai adalah saat anak baru lahir," tutur ahli perencanaan keuangan asal Maryland, Amerika Serikat.
Sekarang
ini ada berbagai cara untuk mulai mengumpulkan uang yang akan dipakai
sebagai biaya kuliah anak. Selain dengan menabung, Anda juga bisa
melakukannya dengan berinvestasi. Namun yang perlu diingat, setiap
investasi baik itu emas atau reksadana memiliki risiko masing-masing.
4. Melupakan Dana Pensiun
Saat
Anda dan pasangan menabung untuk biaya kuliah anak, Anda merasa
keuangan Anda di masa depan sudah aman. Anda dan suami pun jadi lupa
kalau sebenarnya setiap pasangan seharusnya juga memikirkan dana
pensiun.
"Menabung untuk dana pensiun seharusnya adalah yang
pertama dilakukan, dana kuliah di urutan kedua," jelas Ballou. "Anda,
suami dan anak bisa memikirkan cara lain bagaimana bisa tetap sekolah.
Akan lebih buruk jika anak Anda malah harus membiayai Anda saat Anda dan
suami pensiun," tambahnya.
5. Boros Dalam Hal Berbelanja Kebutuhan Bayi
Semakin
tinggi pendapatan, semakin besar juga pengeluaran Anda dan pasangan
untuk membesarkan anak. Menurut data dari Department of Agriculture di
Amerika Serikat, pada 2003, seorang anak yang lahir di 2003 dengan
pendapatan orangtuanya lebih dari US$ 65.400 setahun, pengeluaran untuk
membesarkannya butuh uang lebih dari US$ 344 ribu. Uang tersebut hanya
cukup untuk si anak sampai berusia 18 tahun.
Maryland
berpendapat, banyak orangtua berpikir apa yang mereka keluarkan untuk
anak semuanya memang penting. Padahal sebenarnya tidak. Faktanya, tidak
sedikit orangtua yang mengakui mereka cukup boros di tahun pertama
kelahiran dan sebelum si bayi lahir.
"Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya sempurna, dan tidak memikirkan biayannya," ujar Maryland.
Oleh
karena itu sebelum mulai membeli perlengkapan anak, orangtua baru
seharusnya membuat rencana pengeluaran. Anda dan pasangan juga jangan
malu untuk memakai barang bekas untuk perlengkapan tertentu seperti
stroller dan tempat tidur. Yang perlu diingat, perlengkapan yang dibeli
tersebut sebagian besar hanya terpakai selama setahun. Untuk baju malah
tidak sampai setahun, Anda sudah harus membelinya lagi.
6. Bekerja atau Jadi Ibu Rumah Tangga?
Beberapa
wanita tidak cukup bijak menjawab pertanyaan ini. Tanpa pertimbangan
matang, ada yang memilih berhenti bekerja karena ingin sepenuhnya
mengasuh si kecil.
Jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya mudah
saja. Jika pendapatan pasangan cukup untuk memenuhi pengeluaran untuk
anak, menjadi ibu rumah tangga tentu pilihan yang baik.
Namun
sebelum memutuskan, ada beberapa faktor keuangan yang perlu
diperhatikan. Salah satu yang penting adalah keuntungan yang didapat
dari kantor jika Anda bekerja, seperti biaya kesehatan anak.
"Buatlah
perbandingan apa saja keuntungan dari Anda bekerja atau tidak. Pikirkan
juga bagaimana pengeluaran lainnya bisa terpenuhi," ujar Downey.
sumber : wolipop/asuransi jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar